Rabu, 28 Desember 2011
In:
Autisme
Radiasi Wi-Fi Bikin Anak Jadi Autis
London - Manfaat Wi-Fi (wireless fidelity) memang besar terutama untuk lalu lintas data. Namun bagaimana jika gara-gara Wi-Fi, penyakit autis yang menyerang otak bisa melanda?
Sinyal Wi-Fi disinyalir bisa mempercepat perkembangan penyakit autis pada anak-anak. Demikian diungkapkan dalam sebuah studi yang dibesut oleh lembaga Australasian Journal of Clinical Enviromental Medicine. Studi ini mengungkapkan hubungan antara teknologi wireless dengan autisme. Mereka melakukannya dengan mengadakan berbagai tes terhadap anak-anak autis pada tahun 2005 dan 2006.
"Radiasi elektromagnetis dari Wi-Fi kelihatannya menjebak unsur tertentu dalam otak dan menyebabkan gejala autisme pada anak makin meningkat," ungkap Dr. George Carlo, salah satu pembesut studi ini seperti dikutip detikINET dari EeTimes, Kamis (29/11/2007).
Sebelumnya, Dr George Carlo juga pernah meneliti bahwa penggunaan ponsel juga berpengaruh terhadap meningkatnya angka anak yang menderita autis. Gejala ini disebutnya mewabah di seluruh dunia. ( fyk / dwn )
Sinyal Wi-Fi disinyalir bisa mempercepat perkembangan penyakit autis pada anak-anak. Demikian diungkapkan dalam sebuah studi yang dibesut oleh lembaga Australasian Journal of Clinical Enviromental Medicine. Studi ini mengungkapkan hubungan antara teknologi wireless dengan autisme. Mereka melakukannya dengan mengadakan berbagai tes terhadap anak-anak autis pada tahun 2005 dan 2006.
"Radiasi elektromagnetis dari Wi-Fi kelihatannya menjebak unsur tertentu dalam otak dan menyebabkan gejala autisme pada anak makin meningkat," ungkap Dr. George Carlo, salah satu pembesut studi ini seperti dikutip detikINET dari EeTimes, Kamis (29/11/2007).
Sebelumnya, Dr George Carlo juga pernah meneliti bahwa penggunaan ponsel juga berpengaruh terhadap meningkatnya angka anak yang menderita autis. Gejala ini disebutnya mewabah di seluruh dunia. ( fyk / dwn )
Tunarungu
Anak Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar dengan baik sebagian atau seluruhnya diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.
Alat Audiometer merupakan alat untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB).
Perilaku yang muncul terhadap peserta didik dengan kelainan tunarungu wicara disekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi (Gregory, S.Et al, 1998:47-57), ciri-ciri umum antara lain sebagai berikut:
a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas.
b. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
c. Keenganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.
d. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya dalam membaca.
(Hallahan & Kauffman, 1991: 232_274; Gearheart & Weishan, 1976:33-45; Kirk & Gallagher, 1989: 300-305).
Alat Audiometer merupakan alat untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB).
Perilaku yang muncul terhadap peserta didik dengan kelainan tunarungu wicara disekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi (Gregory, S.Et al, 1998:47-57), ciri-ciri umum antara lain sebagai berikut:
a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas.
b. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
c. Keenganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.
d. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya dalam membaca.
(Hallahan & Kauffman, 1991: 232_274; Gearheart & Weishan, 1976:33-45; Kirk & Gallagher, 1989: 300-305).
Menggali Potensi Tuna Grahita Melalui Keterampilan
Tunagrahita adalah orang yang mengalami keterbatasan pada fungsi intelektual yang berada dibawah rata-rata dari orang normal, sehingga dalam proses pendidikan lebih menitik beratkan pada latihan dan keterampilan. Pada umumnya pendidikan lebih ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang akademis. Namun, pendidikan semacam itu tidak tepat jika diterapkan untuk tunagrahita. Yayasan Asih Budi (YAB) yang berlokasi di kawasan Duren Sawit Jakarta Timur menyelenggarakan Program Pendidikan Luar Biasa bagi tunagrahita yang tidak mampu mengikuti program pendidikan pada sekolah umum. SLB C Asih Budi ini mendidik tunagrahita ringan yang memiliki IQ antara 55-70 skala WISC, terdiri dari: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB), Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB) dan Unit Latihan Kerja (ULAKA).
Selain mendapatkan materi pelajaran yang sifatnya akademis, siswa mendapatkan latihan keterampilan berupa keterampilan perkayuan dan anyaman rotan, cetak sablon, tata boga dan tata busana. Untuk menghilangkan kejenuhan diadakan kegiatan seni seperti angklung, degung, tari dan kegiatan seni lainnya. SLB C Asih Budi juga menekankan pentingnya olahraga bagi tunagrahita yang dirintis sejak tahun 1989 melalui Lembaga Olahraga khusus tunagrahita yaitu Specil Olymics Indonesia (SOIna), maka setiap hari sabtu siswa wajib mengikuti kegiatan olahraga. Menurut Ny. R.A. Aryanto S. SE (Ketua Dewan Pengurus Yayasan Asih Budi), dengan berolahraga tunagrahita akan memiliki fisik yang sehat sehingga motoriknya akan baik. Dengan motorik yang baik, maka mereka bisa ikut latihan keterampilan dengan baik. Ini akan melatih anak menjadi disiplin, bugar, percaya diri, memiliki harga diri dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
Menentukan Minat dan Bakat
SLB C Asih Budi memberikan beberapa jenis keterampilan yang bisa dipilih oleh siswa sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Untuk menentukan pilihan keterampilan pada anak, menurut Siti Na´ima (Kepala Sekolah), biasanya sekolah memberikan formulir kepada orang tua murid untuk diisi jenis keterampilan apa yang akan dipilih oleh anak. Selanjutnya dikonsultasikan pada guru keterampilan yang bersangkutan apakah anak tersebut berbakat atau tidak pada bidang tersebut.
Sejak SLTP, sudah mulai ada penjurusan, anak bisa mengikuti seluruh pendidikan keterampilan yang ada. Maka ketika anak duduk di SM, anak sudah harus menentukan program pilihan mana yang paling disukai. Untuk memperdalam kemampuan anak, maka anak bisa diikutkan dalam pendidikan non formal yaitu Unit Latihan Kerja (ULAKA) selama dua tahun dan selanjutnya mereka akan diproduktifkan dalam workshop ( Bengkel kerja ) yang merupakan lapangan kerja terlindung di bawah YAB atau kalau mungkin disalurkan ke masyarakat luas.
Masalah yang sering dihadapi oleh tenaga kerja tunagrahita bila disalurkan ke luar, "Mereka tidak tahan banting," bosan dengan lingkungan kerja, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang di lingkungannya, kata Ulfah Nuroni (Koordinator ULAKA). "Kita pernah menyalurkan 12 orang ke percetakan, tapi yang bertahan hanya dua orang," lanjut Ulfah Nuroni. Secara kualitas hasil karya tunagrahita tidak jauh berbada dengan orang normal, hanya secara kuantitatif sangat jauh, karena memang kondisi emosi mereka sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai.
Hasil Karya Tunagrahita
Hasil karya tunagrahita yang dapat diproduksi dari latihan keterampilan yang diberikan di YAB antara lain : keterampilan perkayuan, dari keterampilan ini mereka membuat berbagai jenis alat peraga pendidikan contohnya permainan puzzle dalam berbagai bentuk. Keterampilan cetak sablon, produk yang dihasilkan antara lain : mencetak kop surat, kartu nama, kartu bayaran sekolah, undangan sederhana, dan lain-lain. Keterampilan tata busana (menjahit ); menjahit bentuk-bentuk pola yang sederhana seperti : sarung bantal, celemek, tas, tempat tissu, penutup dispenser dan penutup kulkas. Keterampilan tata boga (memasak), jenis-jenis makanan yang dibuat adalah yang sederhana dan mudah seperti : bakwan, tahu isi, martabak telur. Setiap hari mereka mengisi kantin dengan makanan buatan mereka sendiri untuk dijual pada saat jam istirahat kepada teman-teman mereka sendiri. Untuk memasarkan hasil karya tunagrahita ini, biasanya mereka YAB membuka bazar pada suatu acara baik di sekolah pada saat pembagian raport atau acara di luar, bekerja sama dengan lembaga atau instansi lain atau untuk memenuhi kebutuhan YAB sendiri seperti : kop surat, kartu bayaran dan kartu nama. Dalam upaya memenuhi target pesanan yang tidak dapat dipenuhi sendiri, maka YAB bekerja sama dengan SLB C lain yang ada di DKI Jakarta.
Dengan pelayanan pendidikan yang sistematis dan terarah, tunagrahita diharapkan dapat menjadi warga masyarakat yang terampil dan mandiri. Walaupun dalam kenyataannya dukungan dan bimbingan serta pengawasan tetap merupakan suatu kebutuhan yang memang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kehidupan tunagrahita.
Senin, 26 Desember 2011
In:
Hiper Aktif
Kenali Gejala Anak Hiper Aktif / ADHD Sebelum Anak Masuk Sekolah
Jakarta, Gangguan hiperaktif pada anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) umumnya baru diketahui ketika anak sudah bersekolah. Tapi ada ciri-ciri ADHD yang muncul sebelum ia masuk sekolah.
ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anak-anak dan juga remaja, diperkirakan mempengaruhi sekitar 3-7 dari setiap 100 anak usia sekolah. Sekitar 66 persen anak dengan ADHD masih terus menunjukkan gejalanya saat ia menjadi remaja.
Umumnya seseorang yang memiliki ADHD memiliki 3 gangguan serupa meskipun kadang disertai dengan gejala yang berbeda, yaitu tidak perhatian (inattentiveness), hiperaktif (hyperactivity) dan impulsif (impulsiveness).
Membaca sinyal untuk ADHD kadang bisa menjadi sulit karena sebagian besar terlihat seperti anak sehat lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa diamati sebagai kemungkinan anak memiliki ADHD, seperti dikutip dari ParentDish, Selasa (23/8/2011) yaitu:
1. Tanda-tanda perilaku hiperaktif dan impulsif
Anak akan terlihat gelisah atau menggeliat terus menerus tanpa melihat lingkungan sekitarnya, ini umumnya dianggap sebagai gejala klasik dari ADHD. Tanda lain yang perlu diperhatikan sebagai gejala ADHD adalah anak tidak bisa duduk dengan tenang untuk beberapa saat atau cenderung bicara secara berlebihan.
2. Tanda anak kurang perhatian
Tanda yang paling jelas terlihat adalah anak sering mengalami kegagalan dalam memperhatikan sesuatu yang detail atau melakukan kesalahan yang sama setiap melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Serta sering memiliki tatapan kosong seperti tidak mendengarkan apa yang orang lain bicarakan dengannya dan mudah lupa.
Jika ada tanda-tanda seperti itu sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya untuk mengevaluasi, karena ADHD yang tidak terdiagnosis dan diobati akan membuat si anak tumbuh menjadi remaja yang mudah terganggu, lalai, kurang komunikatif serta mempengaruhi kehidupan sosialnya.
Serta bertindak lebih impulsif terhadap situasi yang ada tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Kondisi ini akan membuatnya memiliki perilaku yang berisiko dan sulit mengontrol diri.
ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anak-anak dan juga remaja, diperkirakan mempengaruhi sekitar 3-7 dari setiap 100 anak usia sekolah. Sekitar 66 persen anak dengan ADHD masih terus menunjukkan gejalanya saat ia menjadi remaja.
Umumnya seseorang yang memiliki ADHD memiliki 3 gangguan serupa meskipun kadang disertai dengan gejala yang berbeda, yaitu tidak perhatian (inattentiveness), hiperaktif (hyperactivity) dan impulsif (impulsiveness).
Membaca sinyal untuk ADHD kadang bisa menjadi sulit karena sebagian besar terlihat seperti anak sehat lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa diamati sebagai kemungkinan anak memiliki ADHD, seperti dikutip dari ParentDish, Selasa (23/8/2011) yaitu:
1. Tanda-tanda perilaku hiperaktif dan impulsif
Anak akan terlihat gelisah atau menggeliat terus menerus tanpa melihat lingkungan sekitarnya, ini umumnya dianggap sebagai gejala klasik dari ADHD. Tanda lain yang perlu diperhatikan sebagai gejala ADHD adalah anak tidak bisa duduk dengan tenang untuk beberapa saat atau cenderung bicara secara berlebihan.
2. Tanda anak kurang perhatian
Tanda yang paling jelas terlihat adalah anak sering mengalami kegagalan dalam memperhatikan sesuatu yang detail atau melakukan kesalahan yang sama setiap melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Serta sering memiliki tatapan kosong seperti tidak mendengarkan apa yang orang lain bicarakan dengannya dan mudah lupa.
Jika ada tanda-tanda seperti itu sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya untuk mengevaluasi, karena ADHD yang tidak terdiagnosis dan diobati akan membuat si anak tumbuh menjadi remaja yang mudah terganggu, lalai, kurang komunikatif serta mempengaruhi kehidupan sosialnya.
Serta bertindak lebih impulsif terhadap situasi yang ada tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Kondisi ini akan membuatnya memiliki perilaku yang berisiko dan sulit mengontrol diri.